SEJARAH SINGKAT TRADISI UPACARA ADAT
CING CING GOLING DUSUN GEDANGAN
2012
Di susun oleh:
Arifiani Kurniasih (11/XC)
Astrid Rhohmawati (13/XC)
Desy Rochmawati (24/XC)
Devi Utari Widhowati (27/XC)
SMA NEGERI 2 WONOSARI GUNUNGKIDUL
Jl. Ki Ageng Giring 3 Wonosari, Telp.391158
2011/2012
LEMBAR PENGESAHAN
Sejarah tradisi adat upacara Cing Cing
Goling untuk memenuhi tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Sejarah
Semester Genap Kelas XC disusun oleh:
1. Arifiani
Kurniasih
2. Astrid
Rhohmawati
3. Desy
Rochmawati
4. Devi
Utari Widhowati
Telah
disahkan penggunaannya oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Wonosari pada:
Hari/Tanggal :
Tempat :
Untuk
selanjutnya dapat digunakan di kalangan SMA Negeri 2 Wonosari Gunungkidul.
Wonosari,
2012
Kepala Sekolah Pembimbing
Drs. Widarno, MM Dyah
Nawangwulan, S.Pd
Nip. 195702201986021001 Nip. 197509122005012009
KATA PENGANTAR
Dalam sejarah Indonesia, berbagai
keragaman budaya dan tradisi yang ada kita dapat mempelajari dan mengenal jenis
keragaman budaya yang ada di Indonesia, salah satunya tradisi adat upacara Cing
Cing Goling yang berasal dari dusun Gedangan, Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo,
Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan dari hasil pengamatan dan penelitian yang
kami adakan diharapkan pembaca dapat mengenal beranekaragam kebudayaan
Indonesia.
Sejarah upacara Cing Cing Goling yang kami sajikan yang
disusun berdasarkan kejadian yang nyata dan kami melakukan pengamatan pada
tradisi adat upacara Cing Cing Goling yang sudah lama keberadaannya tetapi
banyak masyarakat yang belum mengetahui tradisi adat upacara Cing Cing Goling
ini, maka dari itu kami membuat laporan ini.
Harapan kami, semoga laporan yang kami
buat ini dapat bermanfaat bagi Guru, kariyawan, dan Siswa khususnya di SMA Negeri
2 Wonosari dalam mempelajari suatu kebudayaan dan tradisidi Indonesia. Saran
dan kritik sangat kami harapkan demi pengembangan dan kesempurnaan laporan ini
di masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Cing Cing Goling
dapat dikategorikan sebagai upacara selamatan atau rasa syukur. Perayaan ini
rutin dilakukan di dusun Gedangan, Gedangreja, Kecamatan Karangmojo, Wonosari
Gunungkidul. Pada saat perhelatannya Upacara Cing Cing Goling mampu menjadi
magnet yang menarik perhatian masyarakat, baik yang berasal dari Kabupaten
Gunungkidul maupun luar daerah. Melihat potensi yang cukup besar tersebut, maka
tahun 2009 lalu. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul berupaya untuk medata,
mengkaji, dan mempromosikan Upacara Cing Cing Goling sebagai salah satu paket
wisata budaya andalan Kabupaten Gunungkidul.
Dikisahkan,
bahwa pelarian Prajurit Majapahit , Wisang Sanjaya dan Yudopati (tentu saja
beserta rombongan) menetap di daerah sekitar Kali Dawe, Gedangrejo. Mereka
hidup dengan menjadi petani dan membangun bendungan di Kali Dawe untuk mengairi
lahan pertanian. Selain berperan dalam pertanian, Wisang Sanjaya dan
Yudopati juga memberikan masyarakat asli harapan dan keberanian untuk m
cing cing elawan perampok yang telah lama meresahkan desa mereka.
Masyarakat
Gedangrejo setiap panen ke – 2 (sekitar Bulan Mei, Juni, Juli ) mengenang dua
legenda itu dengan mengadakan upacara syukuran Cing-Cing Goling yang
diselenggarakan di dekat bendungan Kali Dawe. Hari yang diambil untuk
pelaksanaannya adalah Senin Wage atau Kamis Kliwon. Dalam upacara
ini warga membuat ayam panggang, lauk-pauk dan nasi sebagai perlengkapan
kenduri. Keperluan kenduri ini akan dikirab dari rumah Kepala Dusun Gedangan
menuju ke Bendung Kali Dawe, yang nantinya dibagikan kepada para pengunjung.
Selain kenduri, juga diadakan fragmen pelarian Majapahit yang mengambil tempat
di ladang yang ada di sekitar Bendungan Kali Dawe. Pada adegan ini puluhan
orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian di ladang sekitar
bendungan.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
asal mula dan tata cara pada upacara adat Cing Cing Goling ?
2. Apa nilai-nilai
yang ada dalam Cing Cing Goling ?
C. Tujuan
Pengamatan
Tujuan pangamatan ini adalah untuk
mengetahui bagaimana asal mula dan tata cara pada upacara adat Cing Cing Goling
dan apa saja nilai-nilai yang ada dalam Cing Cing Goling.
D. Metode
Pengamatan
1) Metode
Interview
Untuk
dapat menambah wawasan tidak hanya cukup dengan menggunakan metode observasi
saja. Kami menambah wawasan dan pengetahuan kami melalui wawancara untuk
menerapkan metode interview. Adapun teknik yang kami tempuh adalah sebagai
berikut :
a)
Teknik Wawancara
Teknik
ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lengkap antara lain:
a. Yang bernama Cing Cing Goling
b.
Kegunaan/manfaat dari perairan Cing Cing Goling
2)
Teknik Studi Pustaka
Pada
teknik ini kami mencari informasi dengan membaca referensi tentang upacara adat
Cing Cing Goling, kegunaan dan manfaat perairan di Dusun Gedangan. Selain itu
kami juga mencari sumber-sumber penunjang sebagai pelengkap pengetahuan
kami melalui artikel dari internet.
BAB II
UPACARA CING CING GOLING
A.
Asal Mula Tradisi Cing Cing Goling
Sejarah adat upacara Cing Cing Goling
terjadi pada abat ke-15 tertulis pada tahun 1400 M. Diawali dari peperangan
antara keraton Majapahit dan Keraton Demak.
Pasukan Demak memenagkan peperangan
tersebut, banyak prajurit serta senapati yang gugur dan banyak yang mengungsi
untuk mencari kehidupan.Sehingga Prabu Browijaya yang ke-5 lengser. Dahulu
penjabat dan bangsawan keraton Majapahit Eyang Wisang Sanjaya dan istrinya
beserta keluarganya Senopati Ki Tripoyo
untuk mencari pengungsian bawasannya rombongan itu sering di kejar-kejar para
perampok karena ingin memiliki harta serta suka dengan kecantkan Nyi Wisang
Sanjaya. Maka Nyi Wisang Sanjaya lari dan Nyi Wisang Sanjaya menaikan pakaian
sengga betis nya kelihatan dan mengoda iman para perampok. Eyang Wisang Sanjaya
mempunyai pusaka sebuh cambuk yang sangat ampuh, semumpama digunakan dapat
gunung dapt hancur dan lautan akan kering. Rombongan tersebut mencari
pengungsan sampai kedusun Gedangan, disana mereka diterima dengan senang oleh
sesepuh Gedangan, diantaranya:
1)
Kyai Brojonolo
2) Kyai Honggonolo
3) Kyai
Nolodongso
Semua kebutuhan hidup telah dicukupi oleh
masyarakat Gedangan. Supaya tidak mengetahui keraton Majapahit menyelamatkan
diri ke Desa Gedangan Eyang Wisang Sanjaya berganti nama menjadi Kyai Gedangan
(Kyai Pisang Sanjaya). Eyang Wisang Sanjaya merasa berhutang budi pada
masyarakat Gedangan sehingga ingin membalas kebaikan masyarakat Gedangan dengan
membuat bendungan yang ada di sungai Kedung Dawang.
Eyang Tripoyo bertapa ada di sungai
Kedung Dawang, kemudian bendungan tersebut dibuat dengan kayu dan bambu.
Setelah bendungan sudah jadi tetapi belum bisa digunakan karena belum bisa
mengalir airnya.
Zaman dahulu Eyang Tripoyo ingat dengan
Eyang Yudopati bahwa mempunyai pusaka cis (seperti tombak) kemudian selokan di
garis mengunakan cis, belum sampai selesai membuat bendungan tersebut ayam jago
sudah berokok yang menunjukan bahwa hari sudah pagi dan Eyang Yudopati
mengakhiri membuat bendungan tersebut, Bendungan yang terbuat sepanjang +
700 m2 kemudian diberi tanda pohon kluwih tujuannya agar
diselesaikan oleh masyarakat Gedangan. Air yang berada di bendungan Kedung
Dawang penuh , para petani senang bertanam di sawah dan ladang. Tanaman yang
ditaman sangat subur.
Eyang Wisang Sanjaya bersama pengikutnya
pun mengadakannsyukuran ada dibawah pohon beringin, semua itu untuk mengucapkan
rasa syukur pada Allah SWT, karena sudah terlaksananya dalam membalas budi
kepada masyarakat Gedangan. Itulah peninggalan Cing Cing Goling.
Cing Cing Goling itu mengambarkan
perjalanan para abdi dalem Majapahit dalam mengungsi yang di goda para brandal.
Dlam melarikan diri putri keraton, meaikan nyamping dan betisnya terlihat sehingga merusak iman para brandal, tradisi
upacara adat menjadi Cing Cing Goling.
B. Makna
Upacara Cing Cing Goling
Cerita sejarah Cing Cing Goling mempunyai
makna ingin mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT masyarakat Gedangan
merasa tentram , tenang, dan pakaian dan makanan sudah tercukupi.
Upacara adat dilaksanakan , yang sudah
dilestarikan kepada generasi berikutnya. Yang dilaksanakan setiap tahun sekali, setelah panen sawah. Yang
dilaksanakan pada Kamis Kliwon atau Senin Wage.
Upacara adat tersebut terdapat beberapa
pantangan atau larangan, bahwa dalam membuat makanan yang akan disodakohkan
kepada Allah SWT :
1. Makanan
yang dimasak tidak boleh diicipi.
2. Tidak
boleh memasak tempe dele.
3. Orang
hamil tidak boleh menghadiri.
4. Makanan yang akan di sodakohkan harus iklas.
Rangkaian upacara adat Cing Cing Goling
di mainkan oleh 24 orang (23 putra dan 1 perempuan) 21 orang berperan sebagai
perampok, 2 orang berperan sebagai Eyang Wisang Sanjaya dan Eyang Tropoyo, dan
1 orang wanita berperan sebagai Nyi Wisang Sanjaya. Eyang Wisang Sanjaya dan
istrinya meninggal dan dimakamkan di pemakaman Krapyak Gedangan.
Eyang Tropoyo meninggal hilang beserta
raganya di bendungan Kedung Dawang, tidak seorangpun menemukan jasadnya sampai
sekarang. Eyang Yudoati meninggal dan dimakamkan di pemakaman Delu Gedangan dan
segala pusaka Majapahit hilang di lokasi.
C. Proses
Upacara Cing Cing Goling
1. Satu
hari sebelum acara berlangsung, warga sekitar membersihkan tempat upacara
berlangsung, terutama adalah tempat untuk sesaji.
2. Sesudah
membersihkan, mereka bersama juru kunci membuat pembatas yang terbuat dari
janur (daun kelapa muda). Fungsi dari pembatas tersebut adalah untuk membatasi
bagi orang yang sedang haid maupun sedang hamil yang tidak boleh menonton
melebihi pembatas tersebut.
3. Malam
sebelum acara berlangsung, seluruh pemain Cing Cing Goling bersama sang juru kunci melakukan doa bersama
di tempat sesaji yang telah dibersihkan (melakukan
tirakatan).
4.
Hari berikutnya, semua pemain dirias
sesuai dengan profesi masing-masing.
5.
Semua warga yang ingin menonton beserta
pemain berjalan (iring-iringan) ke
tempat sesaji yang didampingi oleh juru kunci, dengan membawa ingkung.
6.
Setelah sampai di tempat sesaji, ingkung
didoakan bersama-bersama yang di pimpin oleh juru kunci.
Selanjutnya, ingkung diberikan kepada
warga, sehingga warga berebut untuk mengambilnya dan akhirnya acara Cing Cing
Goling pun di mulai.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami tarik dari
cerita di atas dan dari hasil pelitian bahwa Tradisi Upacara Cing Cing Goling
sangat bermanfaat seperti halnya dapat mengetahui tempat bersjarah dan sebagai
media pebelajaran tentang suatu budaya yang beragam tersebut, dan mengajarkan
untuk iklas dalam berbagi.
B.
Saran Dan Keritik
1.
Diharapkan warga Gedangan dapat melestarikan budaya Cing Cing Goling hingga masa yang akan datang.
2.
Menjaga kebersihan bendungan dan parit yang peninggalan dari Kyai Wisang
Sanjaya yang ada pada desa Gedangan agar dapat digunakan turun temurun hingga
generasi yang akan datang.
3.
Sebaiknya warga Gedangan selalu
mengingat apa larangan ketika diadakan upacara cing-cing goling, agar tidak
terjadi hal-ha yang tidak diinginkan.
C.
Manfaat Objek
· Dapat
mengetahui tempat bersejarah.
· Mengetahui
objek wisata yang bersejarah.
· Mengetahui
tradisi dan kebudayaan Indonesia yang beragam.
· Dapat
digunakan untuk media pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Sugiyanto.Sejarah Singkat Tradisi Upacara Adat Cing
Cing Goling Dusun Gedangan
LAMPIRAN
A. Wawancara
1. Bapak Suprapto
2. Bapak
Efendi Muhatta
3. Bapak
Rubiyo
4. Mbah
Rejo Tamsi
Daftar
Pertanyaan :
1.
Bagaimanan asal mula upacara Cing Cing
Goling di desa Gedangan?
2.
Bagaimana pelaksanaan upacara adat Cing Cing
Goling berlangsung?
3.
Apa yang membedakan tradisi upacara Cing
Cing Goling dengan tradisi lain?
4.
Apa saja larangan saat upacara Cing Cing
Goling berlangsung?
5.
Mengapa warga di desa Gedangan masih
melestarikan budaya Cing Cing Goling ?
6.
Siapa saja yang berperan penting dalam
asal mula Cing Cing Goling ?
7.
Bagaimana tanggapan warga dengan adanya
budaya Cing Cing Goling Ini ?
8.
Apakah ada warga lain daerah bahkan
orang asing yang menonton acara Cing Cing Goling ini ?
9.
Berapa lama upacara Cing Cing Goling
berlangsung ?
10. Setiap
kapan acara Cing Cing Goling dilaksanakan ?
11. Berapa
banyak pemain yang memerankan tokoh-tokoh tersebut ?
12. Mengapa
di Dusun Gedangan ini setiap rumah ditanami pohon pisang ? Apakah ini ada
hubungannya dengan Tradisi Cing Cing Goling ?
B. Data
Pendapatan Informasi
Nama
|
Alamat
|
Tempat,Tanggal Lahir
|
Kedudukan
|
Suprapto
|
Gedangan
III, Karangmojo, Gedangrejo, Gunungkidul
|
Gunungkidul,
11 Maret 1963
|
Ketua
Panitia
|
Efendi
Muhatta
|
Gedangan
I, Karangmojo, Gedangrejo, Gunungkidul
|
Gunungkidul,
19 Desember 1961
|
Sekertaris
|
Rubiyo
|
Gedangan
III, Karangmojo, Gedangrejo, Gunungkidul
|
Gunungkidul,
15 Agustus 1953
|
Pemain
|
Rejo
Tamsi
|
Gedangan
I, Karangmojo, Gedangrejo, Gunungkidul
|
Gunungkidul,
11 Maret 1963
|
Juru
Kunci
|
1 komentar:
Terimakasih sudah di tulis di artikel. Semoga bermanfaat.dan memberikan informasi kepada masyarakat umum.sangat membantu dan lengkap. Sedikit saran ya... Cuma penulisan saja yang kurang betul.trimakasih
Posting Komentar